Minggu, 10 Maret 2013

Jam pelajaran olahraga SD di Jepang


Sebaiknya berapa jam seminggu siswa di SD mendapatkan jam pelajaran olahraga ? Baru-baru ini ada diskusi hangat tentang jam pelajaran olahraga di SD yang dalam bahasa Jepang disebut taiiku (体育). Pemerintah bermaksud meningkatkan jam pelajaran olahraga.
Tidak seperti di Indonesia, jam pelajaran olahraga untuk semua kelas di SD adalah 2 jam per minggu. Jumlah jam pelajaran ini bahkan sama untuk SMP dan SMA. Bisa dikatakan olahraga adalah pelajaran pelengkap saja. Sementara di Jepang jam pelajaran olahraga di SD berbeda untuk setiap jenjang kelas dan sekolah. Dalam tulisan ini saya hanya akan memfokuskan pada SD saja.
Menurut gakushuushidouyoryou (Kurikulum Pembelajaran) yang baru, jam pelajaran olahraga di SD per tahunnya adalah sbb, kelas 1 SD adalah 102 unit jam, kelas 2, 3, dan 4 sebanyak 105 unit jam, dan kelas 5 dan 6 masing-masing 90 jam plus pelajaran jasmani 12 jam (total 597 jam).Jam pelajaran olahraga sebelumnya adalah masing-masing 90 unit jam (total 540 jam). Dengan demikian jam pelajaran olahraga bertambah sekitar 57 jam. Secara keseluruhan jam belajar di SD juga meningkat sebesar 1.05 kali. Sebagai pembanding jam olahraga di SMP kelas 1-3 masing-masing 105 jam (total 315 jam) yang naik dari 90 jam (total 270 jam) di periode sebelumnya.
Mengapa pemerintah menaikkan jumlah jam pelajaran secara signifikan di SD dan SMP ?
Dalam sebuah diskusi di milis (anggotanya semua orang Jepang), beberapa member menyebutkan perlu ditambah lagi jumlah jam pelajaran olahraga di sekolah, sementara seorang kepala sekolah mengatakan bahwa dengan penambahan jam olahraga, jumlah jam belajara mapel lain harus dikurangi, dan ini membuat mereka kelabakan dalam menyelesaikan materi belajar setahun.
Pemerintah mengambil penyelesaian dengan menaikkan jumlah jam pelajaran yang lain pula, sehingga total jam belajar dalam setahun menjadi 3841 atau naik sebesar 350 unit. Penambahan jam pelajaran olahraga ditetapkan karena berdasarkan survey tentang kemampuan jasmani dan kekuatan tubuh anak-anak Jepang, didapati bahwa mereka kurang sehat dan menurun kekuataan fisiknya (Tentang hal ini saya pernah menuliskannya dalam Majalah Inovasi Online, tentang sekolah sehat di Jepang).
Sebenarnya pelajaran olahraga di SD di Jepang sangat menarik dan hampir semua anak menggemarinya. Mereka belajar dasar-dasar gerakan tubuh dan kekuatan organ tubuh, seperti kemampuan berjalan cepat, berlari, menggenggam, melempar, berputar pada ayunan, mengepal, lompat kuda-kuda, dll. Semua keahlian ini akan dilombakan dalam undoukai (pesta olaharaga sekolah) yang diselenggarakan setiap tahunnya.
Berdasarkan survey baru-baru ini, anak-anak di Kyuushu dinilai sebagai anak tersehat dan terkuat fisiknya di Jepang. Dalam sebuah siaran TV ditunjukkan bahwa anak-anak di sana tidak saja berolahraga pada jam olahraga, tetapi setiap kali ada jam istirahat mereka berhamburan mendatangi tempat dan fasilitas olahraga, bermain ayunan, berputar, memanjat, dll.
Dalam sebuah penelitian yang pernah pula saya tuliskan dalam blog ini, disampaikan bahwa otak akan bekerja dengan cepat dan baik jika tubuh, terutama telapak kaki sering dipakai. Jalan atau berlari tanpa sepatu akan memijat secara otomatis urat-urat di tapak kaki dan memungkinkan lancarnya pergerakan darah menuju otak, sehingga kebanyakan anak-anak berprestasi di Jepang lahir karena mereka mempunyai kebebasan dan waktu yang lebih banyak menggerakkan badan,bermain, berlari di masa kecilnya.
Jam pelajaran olahraga di SD di Jepang tidak sekedar jam yang diadakan seadanya, tetapi benar-benar merupakan jam pelajaran yang dianggap penting untuk menunjang kerja otak anak yang menghasilkan kemampuan akademiknya.
Bagaimana dengan di Indonesia ? Apakah masih tetap akan bertahan dengan jam pelajaran olahraga dua jam per minggu ? Pada masa pendudukan Jepang, jam pelajaran olahraga di SD hingga SMA sebanyak 5 jam per minggu. Saya kira konsep yang diterapkan pada masa itu sejalan dengan prinsip orang Jepang yang mengutamakan tubuh yang sehat sebagai penunjang menerima ilmu.

2 komentar:

  1. menarik tulisannya, memang sangat dikuatirkan anak2 sekarang kurang banyak begerak krn sdh lebih memilih games gadget jdi kemampuan bergerak tubuh sangat kurang

    BalasHapus
  2. Sya seorang guru olah raga salah satu sma negeri di jkarta..pengamatan saya sebagai guru olah raga lebih dari 37 th sebentar lg akan pensiun..pemerintah di indonesia lebih memperhatikan otak kiri(scienc) daripada otak kanan, padahal seharusnya itu seimbang antara seni dan ilmiah..makanya wkt sya tanya anak2 dari thn ke thn 100% mengatakan terlalu dibebani dg pelajaran2 atau otak kiri(scienc) dari pada otak kanan,pelajaran di sekolah terlalu banyak, blm lg dg pekerjaan rumah yg banyak dan masih ada lg yg les tambahan, akhirnya mereka semua mengatakan: terlalu lelah, jenuh, bosan dan kurang bergairah. Yg akhirnya bukan membuat pendidikan di indonesia semakin maju tp sebaliknya krn kurang bergairah tuk belajar .Pertanyaannya sekarang knp pemerintah khusus nya dunia pendidikan tdk mensurvey ke lapangan? Buktinya pada saat jam olah raga mrk semua senang knp tdk ditambah jam olah raga sebagai sarana mengisi otak kanan selain sehat dan prestasi jg refresing ilmu2 perlu tapi seni jg perlu dan hrs seimbang inilah kelebihan negara2 maju termasuk jepang toh org yg paling terkenal dan paling banyak org2 kaya bkn dari dunia scienc tp dari dunia olah raga dan seni..bukan dari otak kiri tp dari otak kanan. Himbauan sya tolong sampaikan kepada para org2 yg berkompeten spy ditinjau lg kurikulum yg melelahkan itu dg menambah yg sifatnya menyenangkan yaitu bermain dan seni tuk menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri sehingga selain menyenangkan, menyegarkan, menyehatkan jg memacu anak2 bergairah tuk belajar..Asthon Malau S.pd

    BalasHapus